Penulis Dedy Satrya ( aktivis Jurnalis Adventure)
Jawabannya: berbahaya banget. Jalur ini bukan untuk main-main, apalagi jika kalian mendaki dalam kondisi tidak fokus. Banyak orang mengira bahwa tantangan terbesar pendakian Rinjani hanya terletak pada puncaknya yang tinggi dan medan berpasir yang menyiksa. Tapi kenyataannya, ada satu bagian jalur yang sering terabaikan namun justru menyimpan risiko paling fatal—yakni jalur Letter E.
Jalur ini dinamakan demikian karena bentuknya menyerupai huruf “E” jika dilihat dari atas. Tapi bukan bentuknya yang jadi masalah utama. Sisi kiri dan kanan jalur ini merupakan jurang terbuka, dalam dan menganga, yang siap menelan siapa saja yang lengah. Salah satu kesalahan fatal yang sering terjadi adalah ketika pendaki turun dari puncak dalam kondisi kelelahan dan mengantuk.
Bahaya makin besar saat ada pendaki yang mencoba turun dengan berlari. Mungkin karena ingin cepat sampai bawah, atau karena merasa sudah aman setelah mencapai puncak. Tapi inilah jebakan yang tak terlihat—karena satu langkah tergelincir bisa berakhir pada kecelakaan yang tak bisa diulang.
Lalu, apa solusinya?
Pertama, istirahatlah yang cukup sebelum dan sesudah summit attack. Jangan memaksakan diri naik ke puncak jika kondisi tubuh tidak fit. Kedua, hindari turun dengan tergesa-gesa. Lebih baik pelan tapi selamat, daripada cepat tapi celaka. Ketiga, gunakan trekking pole, karena tongkat bisa membantu menjaga keseimbangan di jalur sempit dan berpasir. Keempat, fokus dan tetap waspada, terutama saat matahari mulai terik atau tubuh mulai lelah. Dan yang terakhir, jangan sungkan untuk saling mengingatkan antar pendaki, karena kadang yang kita lupakan bisa terlihat lebih jelas oleh orang lain.
.
.