Telaga Desa KIIC berikan Bantuan ratusan bibit pohon produktif di SMAN 1 Tegalwaru
KARAWANG – Komitmen terhadap pelestarian lingkungan kembali ditunjukkan oleh Telaga Desa Kawasan Industri Karawang International Industrial City (KIIC) . Melalui program “School Go Green” tahun 2025, KIIC menunjuk SMAN 1 Tegalwaru sebagai lokasi kegiatan penghijauan. Bantuan ratusan bibit pohon produktif dan kehutanan diserahkan langsung kepada pihak sekolah.
Dalam kesempatannya perwakilan Management KIIC, Bambang Sugeng, kegiatan ini merupakan salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian lingkungan, khususnya di dunia pendidikan. “Kami ingin mengajak siswa agar lebih peduli terhadap lingkungan, sebagai tindak lanjut dukungan kepada SMAN 1 Tegalwaru agar menjadi sekolah berbudaya dan ‘kampus hijau’,” jelasnya.
Dalam kegiatan ini, KIIC menyerahkan bantuan berupa 240 bibit pohon yang terdiri dari tanaman buah produktif seperti nangka (50), cengkaloh (20), mangga (20), serta tanaman kehutanan seperti bayur (50), salam (50), dan pucuk merah (50). Selain bibit pohon, diserahkan pula 100 karung pupuk kompos.
Tak hanya itu, dua perusahaan anggota Telaga Desa, yakni PT Sheet Container System Indonesia dan PT Yuro Indonesia, turut berpartisipasi. PT Sheet Container System Indonesia memberikan 3 unit toren air, sementara PT Yuro Indonesia menyumbangkan 20 unit tempat sampah.
Setelah kegiatan penanaman, siswa dan guru SMAN 1 Tegalwaru juga akan mendapatkan pelatihan pembuatan pupuk kompos padat dan cair, sebagai bagian dari edukasi lingkungan.
Bambang Sugeng menambahkan, program penghijauan ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan KIIC bersama 45 perusahaan anggota Telaga Desa. Program ini juga mencakup pelatihan dan pengenalan cara bercocok tanam untuk pelajar dari berbagai tingkatan, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi.
Sejak tahun 2008 hingga 2024, KIIC telah memproduksi sekitar 569.016 bibit pohon. Dari jumlah tersebut, sebanyak 482.721 bibit telah ditanam di berbagai lokasi. “Kami berperan aktif demi masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memberikan bantuan fisik, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, serta memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang berguna.
Gerakan “Go Green” yang dicanangkan SMAN 1 Tegalwaru bukan sekadar seremoni. Kegiatan ini menjadi momentum Kepala Sekolah, Dr. Tatan Hadian, S.STP., M.AP., untuk menyuarakan tantangan berat yang dihadapi sekolahnya, terutama dalam hal ketersediaan air. Dalam sambutannya, ia secara terbuka meminta bantuan perusahaan swasta untuk mengatasi masalah tersebut.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan kepada siswa bahwa mencintai lingkungan sama pentingnya dengan mencintai masa depan,” ujar Dr. Tatan. Ia menambahkan, lingkungan yang sehat akan melahirkan generasi yang kuat.
Namun, di balik semangat penghijauan itu, terdapat kendala serius. Dr. Tatan mengungkapkan bahwa SMAN 1 Tegalwaru adalah “sekolah pinggiran yang terlupakan,” baik oleh pemerintah pusat maupun dunia usaha.
Sekolah yang kini menampung lebih dari 900 siswa itu menghadapi kondisi tanah yang sulit untuk ditanami. “Tanah di sekolah kami ini merupakan tanah liat, dulunya bekas galian. Ketika hujan, air menggenang dan sulit meresap. Namun saat kemarau, tanahnya cepat kering dan retak,” jelasnya.
Kondisi tanah ini membuat pihak sekolah harus membeli tanah merah dari luar untuk setiap kegiatan menanam, menambah beban biaya operasional.
Masalah yang lebih krusial adalah krisis air bersih. “Setiap hari, saat kemarau, kami harus membeli 3 sampai 4 ribu liter air hanya untuk kebutuhan dasar, seperti toilet dan berwudhu,” ungkap Dr. Tatan.
Dalam kesempatan itu, Dr. Tatan juga menyampaikan harapannya kepada para perwakilan perusahaan yang hadir, termasuk manajemen Kawasan Industri Karawang International Industrial City (KIIC). Ia berharap para pengusaha dapat memberikan bantuan, khususnya dalam hal penyediaan sumber air yang berkelanjutan.
“Di sinilah kami menaruh harapan besar. Kami tahu perusahaan Bapak dan Ibu memiliki kepedulian sosial yang tinggi melalui program CSR-nya,” ujarnya. “Setiap tetes air yang mengalir akan menjadi saksi tumbuhnya generasi masa depan yang sehat dan cerdas.”
Dr. Tatan juga menaruh harapan besar agar para lulusan SMAN 1 Tegalwaru dapat terserap di dunia kerja. “Sekitar 95% lulusan kami berharap untuk masuk ke dunia kerja, hanya sekitar 5% yang melanjutkan ke pendidikan tinggi. Kami berharap anak-anak kami bisa diterima di perusahaan Bapak,” pungkasnya.
Camat Tegalwaru, Bunawan S.E., A.Kp., M.Si., menyoroti tingginya bencana alam di wilayahnya akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Ia mengungkapkan, Tegalwaru yang dulu asri kini sering dilanda kekeringan, kebakaran hutan, hingga longsor.
“Sepuluh tahun lalu saat saya masih menjabat sekretaris camat, Tegalwaru ini masih adem dan asri. Sekarang sudah berubah, dan ini karena faktor manusianya,” ujar Bunawan dalam kegiatan pelestarian lingkungan di SMAN 1 Tegalwaru.
Menurutnya, kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan masih sangat minim. Hal ini menjadi penyebab utama berbagai bencana. “Kalau musim kemarau kekurangan air, kebakaran hutan. Kalau musim hujan longsor. Ini semua gara-gara manusianya,” tegasnya.
Bunawan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mulai bergerak menjaga lingkungan. Ia menekankan bahwa membangun infrastruktur itu relatif lebih mudah, namun memelihara dan merawatnya jauh lebih sulit. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
Ratusan bibit pohon kini resmi menghiasi area SMAN 1 Tegalwaru setelah acara “Go Green” yang diprakarsai oleh Kawasan Industri Karawang International Industrial City (KIIC) ditutup secara simbolis. Penanaman pohon ini menjadi puncak dari rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengedukasi siswa tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Kepala Sekolah, Dr. Tatan Hadian, bersama perwakilan KIIC, Camat Tegalwaru, dan tamu undangan lainnya, secara serentak menanam bibit pohon produktif dan kehutanan. Kegiatan ini tidak hanya menjadi simbol komitmen, tetapi juga wujud nyata kolaborasi antara dunia usaha dan pendidikan.
.












