Himbauan Perdamaian Para Wartawan Untuk PWI Dari Puncak Lawu.

BeritaNet – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta menyerukan persatuan PWI dari puncak Gunung Lawu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin 21 Juli 2025.

Seruan tersebut menyusul situasi PWI saat ini yang tengah dilanda kemelut perseteruan internal.

Tim Pendaki dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta bersama Tim Pendaki TVRI yang tergabung dalam kegiatan bertajuk Pendakian Lawu Ceria 2025 turut menyemangati agar persatuan, keceriaan, dan kekompakan di tubuh PWI segera tercipta. Cara menyemangatinya dilakukan dalam bentuk seruan damai dan bersatunya PWI. Pesan itu disampaikan dari ketinggian sekitar 3.265 mdpl Puncak Gunung Lawu.

Tim pendaki yang berjumlah 23 orang tersebut membentangkan spanduk di Puncak Hargo Dumilah bertuliskan Salam Damai dari Puncak Lawu. Merindu PWI Menyatu. Bersatu Kita Utuh, Bercerai Kita Runtuh.

Pendakian dimulai dari Gerbang Cemoro Sewu, salah satu gerbang pendakian ke Puncak Lawu dari wilayah Magetan Jawa Timur. Dikoordinir oleh Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul, mereka menyusuri dari Pos 1 hingga Pos 5 dan finish di Puncak Hargo Dumilah.

Bergabung dalam pendakian ini yakni tim dari TVRI Jawa Tengah dan TVRI Jatim. Turut mendaki pula Ketua Dewan Pengawas TVRI Agus Sudibyo. Sementara itu Kepala Stasiun TVRI Jawa Tengah Jati Setyo Wahyu dan Kepala TVRI Jatim Asep Suhendar melepas para pendaki dari Pos Pemberangkatan Cemoro Sewu.

Anas Syahirul mengatakan pendakian ini bukan hanya sebagai sarana olahraga yang menantang dan wisata menikmati indahnya alam pegunungan, melainkan juga digunakan sebagai sarana menyerukan pesan damai dan persatuan untuk PWI.

“Di puncak Lawu kami juga berdoa kepada Tuhan YME agar PWI bersatu dan berjaya kembali. Kami menyerukan pesan damai dan persatuan dari puncak Lawu untuk organisasi tercinta,” katanya usai turun dari Lawu.

Anas mengatakan pendakian ke Gunung Lawu yang dilakukan bukan sekedar perjalanan langkah kaki dari bawah Cemoro Sewu hingga ketinggian 3.265 mdpl tersebut, namun juga membawa harapan yang tulus dan seruan agar pihak-pihak di tubuh PWI yang berseteru mengakhiri perseteruan.

Pasalnya sejak terjadi dualisme kepengurusan PWI Pusat, imbasnya ke mana-mana. Terutama anggota PWI di daerah dari Sabang sampai Merauke terkena dampak serius dalam menjalankan roda organisasi.

Selain itu, menurut dia kegiatan-kegiatan unggulan seperti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan lainnya juga terhenti. Dampak lain adalah persahabatan dan relasi antar warga PWI juga terganggu.

“Dewan Pers melarang PWI sebagai lembaga uji UKW sampai PWI berdamai. Ini dampak yang paling dirasakan,” katanya.

Bahkan kata Anas, dualisme PWI memperburuk kepercayaan pihak-pihak yang selama bertahun-tahun bekerja sama, terutama PWI di daerah. Semua berharap upaya-upaya yang dilakukan sejumlah pihak untuk mengakhiri konflik ini bisa membuahkan hasil.

Untuk kesekian kalinya, lanjut Anas, PWI Surakarta menyuarakan pesan persatuan dan perdamaian di tubuh PWI. Sebelumnya juga menyuarakan seruan yang sama dalam pernyataan bersama dengan tokoh PWI Jateng dan Yogyakarta. Tak lama kemudian muncul mediasi dari salah seorang anggota Dewan Pers untuk menggelar kongres persatuan.

“Kami menghargai semua pihak yang telah mengupayakan agar PWI bersatu dan berjaya kembali. Baik oleh Wamen Komdigi Pak Dahlan Dahi, Menkum dan pihak-pihak lain terutama dari internal PWI sendiri. Maka hal itu harus didorong dan dirawat semangatnya. Dari Puncak Gunung Lawu ini adalah bagian untuk mendorong dan menjaga energi terwujudnya persatuan dan perdamian di tubuh PWI,” katanya.

Sementara itu mantan Anggota Dewan Pers Agus Sudibyo yang juga turut bergabung mendaki Lawu mengapresiasi PWI Surakarta yang tidak pernah surut mengkampanyekan persatuan dan perdamaian di tubuh PWI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *