Karawang, Beritanet – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Karawang konsisten beri pelatihan dan pembinaan pada dalang – dalang cilik.
Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan adalah untuk menggali dan mengembangkan bakat para generasi dalang muda di Kabupaten Karawang, sehingga melahirkan bibit – bibit dalang yang berpotensi menjadi dalang kondang.
Hal itu diungkap Sekretatis Disparbud Kabupaten Karawang, Zaeni kepada Beritanet.com, Jumat (17/05/24).
Kita juga sedang mengadakan pembinaan dan pelatihan dalang-dalang cilik/muda,” ujar Jaeni.
Jaeni menerangkan pelatihan dan pembinaan dalang cilik rutin dilakukan pada saat akhir pekan, sehingga tidak mengganggu belajar di sekolahan.
“Pelatihan rutin dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu, bertempat di Aula Disparbud Karawang,” terangnya.
Tak cukup diberi pelatihan, kedepan Jaeni akan menggelar binojakrama padalangan tingkat sekolah, selain melatih mental dalang di panggung dalam mementaskan wayang dan membawakan babat cerita pawayangan, helaran binojakrama juga sebagai ajang kompetisi para dalang yang selanjutnya akan dibawa ke helaran binojakrama tingkat Provinsi.
“Nanti suatu saat ada momen tersendiri kita gelar binojakrama padalangan bagi generasi muda di Karawang,” tandasnya.
Diketahui, Disparbud Kabupaten Karawang bersama Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Karawang, sukses menggelar binojakrama padalangan umum se Kabupaten Karawang pada Rabu – Kamis 15-16 Mei 2024.
Binojakrama padalangan digelar untuk melestarikan budaya pewayangan dan melahirkan bibit-bibit dalang di Karawang yang propesional.
Sepenggal cerita tentang tujuan dibuatnya kesenian Wayang golek oleh para wali :
Mengutip dari perkataan Maestro dalang legendaris asal Jelekong Bandung, Almarhum ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, pernah mengatakan pada penulis (Beritanet.com).
Kesenian wayang golek merupakan sarana syiar islam yang digagas para wali dalam menyebarkan agama islam.
Karena pada saat itu mayoritas masyarakat nusantara masih menganut agama Hindu – Budha, maka para wali mencari cara untuk bisa menyebarkan agama Islam melalui kesenian, maka pertunjukan boneka kayu asal Tionghoa (Cina) dijadikan media dalam strategi syiar Islam, dengan membawakan cerita atau babad dari Hindia sebagai latar ceritanya.
Pementasan wayang golek dengan cerita atau babad seperti Baratayuda, oleh para wali dimodifikasi dan disusupi simbol – simbol atau tokoh – tokoh yang selalu membahas tentang Islam pada saat diperankan. Seperti tokoh Semar, Astrajingga, Dawala dan Nalagareng, sebenarnya mereka tokoh yang tidak ada dalam babad cerita sebenarnya, namun dibuat sebagai bentuk filosofi manusia dan alam.
Oleh sebab itu, pagelaran wayang golek bukan sanya seni hiburan semata, subtansinya adalah sarana syiar agama Islam, maka dalang sebagai ruh dari pagelaran wayang golek pun harus memiliki wawasan yang luas dan pendalaman agama yang matang, apalagi disituasi saat ini, dalang dituntut untuk bisa lebih kreatif dan inovatif agar kesenian wayang golek bisa terus lestari dan digemari pleh masyarakat. itupun pesa sang Maestro ki dalang Asep Sunandar Sunarya sebelum wafat, kepada para dalang generasi sekarang. (red)