Daerah  

Pejabat Dispenda Karawang Purnabakti Saleh Efendi Buka – bukaan Soal Ketidak Transparanan DBH Migas

Karawang, Beritanet – Mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Karawang periode 2006-2007 purnabakti, Saleh Efendi, buka – bukaan soal transparansi Dana Bagi Hasil (DBH) migas untuk Kabupaten Karawang.

Dilansir dari delik.co.id Efendi mengaku, sejak dirinya menjabat Pertamina tidak pernah transparan terkait DBH migas kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang.

“Itu yang saya alami ketika menjabat Kadispenda pada 2006-2007,” ujarnya, Rabu (4/12), di kediamannya di Kelurahan Adiarsa Barat, Kecamatan Karawang Barat.

Lebih lanjut Efendi bercerita pernah diundang bersama pejabat lainnya oleh Dirjen Migas, dikesempatan itu ia mencecar Dirjen dengan sejumlah pertanyaan, salah satunya mempertanyakan rumus munculnya nilai Rp 88 miliar DBH migas yang diterima Kabupaten Karawang.

Alih – alih mendapat jawaban, pihak Pertamina malah enggan memberikan penjelasan atas pertanyaannya, padahal demi mengedepankan azas keterbukaan, Efendi ingin mengetahui berapa sebenarnya jumlah total besaran lifting migas yang dihasilkan bumi Karawang setiap tahunnya.

“Pada forum itu saya mendesak Pertamina agar membuka data besaran lifting migas yang dihasilkan dari setiap daerah penghasil migas, tapi Pertamina tidak mau membuka,” ungkapnya.

“Pada waktu itu juga saya mendapat informasi dari Bappenas kalau harga minyak bumi 70 dolar Amerika per barrel, lalu kenapa pihak Dirjen Migas bilangnya hanya 50 dolar Amerika per barrel. Pihak Dirjen Migas alasannya 20 dolar Amerika dipakai operasional. Saya waktu itu langsung protes, kami maunya terima DBH itu dari bruto bukan netto. Protes saya didukung oleh daerah lain, tapi tetap pihak Pertamina tidak mau membuka data bruto lifting yang diterima setiap daerahnya,” jelasnya.

Ia menyarankan kepada pihak eksekutif dan legislatif Kabupaten Karawang untuk membuka jalur komunikasi kepada pihak Pertamina dengan duduk bersama.

“Protes yang disampaikan Bupati Meranti itu benar, hanya saja saya tidak setuju dengan bahasanya. Kalau Bupati Cellica ngerti soal migas dan berani bicara mungkin nama Cellica makin terkenal,” pungkasnya. (Ist/red).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *